Mengenal Keunikan Sisi Kehidupan Suku Kubu Di Muratara

Mengenal Suku Kubu Anak Dalam Di Muratara

MURATARA – Suku kubu adalah manusia yang hidup berkomunal dihutan hutan wilayah Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten Musirawas dan Musi Rawas Utara dan tersebar di 9 lokasi. Dengan kehidupan yang sudah ratusan tahun keberadanya sebagai manusia rimba dengan keunikan tradisi maupun pola hidupnya. Suku Kubu termasuk dalm proto melayu, kearifan lokal orang kubu dan hidupnya yang harmonis dengan lingkungan hutan dan alam sehingga mampu survive hidup ratusan tahun.

Dulunya dengan kepercayaan animisme,kepercayaan adanya puyang dan moneng namun saat ini sudah mengenal agama,terutama Islam dan sejak th 1936 ketika Pendeta Robert masuk ke Musirawas saat itu Belanda membangun Irigasi Watervang,Pendeta Robet ketemu suku Kubu di desa Q wonokerto dan menyebarkan Kristen Protestan di komunitas Kubu hingga ke jambi.Dengan itu di beberapa lokasi daerah suku Kubu ada yang beragama Kristen Protestan.
Sebagian besar Suku Anak Dalam atau Orang Kubu kehidupan sehari harinya masih akrab dengan sungai juga berburu binatang di hutan, ketergantungan dengan alam masih menjadi pola hidupnya.

Seiring perkembangan jaman dengan kebijakan pemerintah melakukan program Relokasi, menarik komunitas Kubu dari dalam hutan, dengan dibuatkan rumah panggung Kayu dan ditempatkan disatu lokasi dekat dengan desa sekitar. Kondisi ini menyebabkan terjadi gegar budaya, dimana perobahan pola hidup, yg mau tak mau menyesuaikan dengan masyarakat sekitar desa. Dengan nilai nilai baru bahkan pola hidup konsumtif merambah kehidupan sehari harinya , adanya Tv , Sepeda motor bahkan Mobil barang kebutuhan hidup yang sudah dimilikinya .Namun sebagian besar orang kubu hidupnya masih berburu binatang kedalam hutan.

Sementara Hutan mengalami dekradasi secara terus menerus dengan adanya kebijakan Pemerintah tentang exploitasi hutan juga exploitasi sumber daya Alam,maka hutan sebagi habitat hidupnya berkurang secara terus menerusdan Kubu sebagai manusia rimba yang ratusan tahun hidup didalamnya kehilangan existensinya. Hutan yg berubah menjadi lahan lahan perkebunan besar Sawit, juga exploitasi SDA berupah tambang dari perusahan trans nasional.

Kondisi ini dimana kubu manusia rimba sebagi pemilik rimbah dengan relokasi maka kehilangan legitimasinya dan tercerabut budayanya bahkan perubahan budaya secara radikal, dari pola hidupnya sebagi manusia rimba yang menggantungkan hidup dengan Alam Hutan selama ini, bahkan ada sebagian Suku Kubu semakin masuk Kewilayah hutan lindung TNKS yang disebut dengan Hutan Tuo.

Suku Kubu ditemukan diperkirakan pada th 1700 dimasa Kerajaan Palembang, ketika Kerajaan dipimpin oleh Ratu Sinuhun,didalam buku sejarah Ratu Sinuhun dituliskan bahwa; ditemukan oleh peneliti dari Belanda Van Dongen, dan peneliti Van Dongen menuliskan; ketika berkunjung di komunitas suku kubu di area Sei Lalan, lokasi Sei Bahar Musi Banyuasin di Sumsel, menemukan dokument berupah Piagam terbuat dari lempeng tembaga.

Piagam tembaga itu diberikan kepada Suku Suku diperbatasan Sumsel pada waktu itu, terutama suku suku terletak di daerah Sindang Merdeka yaitu; disebut daerah Sindang Merdeka, yang dianggap daerah yang Merdika dan tidak membayar pajak kepada Kerajaan Palembang,tapi masih masuk dalam teritorial kerajaan Kesultanan Palembang .

Tulisan dalam piagam tembaga menggunakan huruf Kawi yang isinya menyatakan bahwa; suku suku di Perbatasan yg ada dalam wilayah Sindang Merdika utk menjaga keamanan di perbatasan wilayahnya Adanya Piagam itu diwilayah Sindang Merdika diperbatasan termasuk wilayah kerajaan Palembang,dan pada umumnya juga mengakui adanya undang undang Simbur Cahaya.

Temuan peneliti Belanda Van Dongen, yang menyatakan suku suku diperbatasan sebagai penjaga keamanan di perbatasan, secara politik suku suku diperbatasan termasuk dalam cakupan dan kekuasaan wilayah Kerajaan Palembang, maka dalam kontek ini menurut Cerita orang Suku Anak Dalam atau Suku Kubu yang menyebutkan ada hubungan dengan Kerajaan Palembang menjadi masuk akal, tapi tidak dalam kaitan hubungan kekerabatan.

Namun dalam versi dan Cerita Suku Anak Dalam atau Suku Kubu ; Mengatakan leluhur suku kubu bernama Kubu Lebar Telapak dulunya adalah hulu balang Kerajaan Palembang yang melarikan diri kedalam hutan bersama hulu balang. Karena Sultan Palembang yang ditangkap Belanda dan dijajah oleh Belanda. disebabkan tak mau dijajah oleh Belanda maka melarikan dirilah kehutan hutan wilyah Uluan Sumatera Selatan dan membentuk Kubu Pertahanan didalam hutan, dengan itu biasa disebut Orang Kubu ini hanya sebuah versi ?.

Orang Kubu yang pada umumnya pola hidupnya tak mau terikat dengan peraturan yang ada dimasyarakat desa sekitar, dengan pola hidup yang khas dan bahkan selaras dengan alam dan mampu suvival ratusan tahun di hutan di Sumatera Selatan. bahkan ada pameo yang berkembang didesa desa sekitar Sumatera Selatan, jika ada anak yang gak mau mengikuti peraturan dalam keluarga atau yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat Desa maka anak itu dimarahi orang Tuanya dengan disebut “Kubu Nga Kak” artinya anak itu tak mematuhi aturan dalam keluarga juga aturan dan kebiasaan masyarakat Desa.

Suku Kubu umumnya tinggal disekitar sungai atau anak sungai, ciri cirinya dulunya berpakian dari kulit kayu Karas {lantung} dengan membawah senjata,panah ,mandau dan Tombak { Kujur }sekarang sering terlihat berpakaian kumal lusuh kadang bersenjata Kecepek senjata api rakitan untuk berburu babi, dan cara jalanya cepat dimana kakinya ketika jalan berjingkat, kedua telapak kakinya menghadap kedalam dan kakinya dengan ciri berbentuk O , ciri lainya berkulit gelap berambut keriting terutama Suku Kubu Bendar Bengkulu juga Kubu di sekitar Rawas , dan ada yang berkulit agak putih berambut lurus dng tubuh besar mata agak sipit yang disebut Suku Kubu Anggang berasal dari dearah di wilayah Sumsel Palembang.

Kedua suku kubu ini dengan adat yang berbeda juga dialek berbeda, namun kalau ketemu antar suku saling mengerti bahasanya.

Saat ini kondisi Kubu di Musirawas sudah banyak berubah terutama sudah banyak yang berpakain layaknya masyarakat Desa bahkan ada beberapa yang bersekolah dan selesai S1 sarjana,bahkan didaerah Q wonokerto ada yang menjadi Bidan, namun sebagian besar masih hidupnya tergantung dengan Alam untuk menunjang eknomi keluarganya dengan berburuh Binatang dagingnya dijual, mencari Biga bubuk putih didalam bambu , Jernang dan Bunga Jernang untuk obat obatan, Madu Sialang yang dijual keluar Desa. Saat ini banyak anak anak usia Sekolah yang tak sekolah juga masih banyak anak anak Kubu yang putus sekolah karena kemiskinan keluarganya.

Itupun anak anak menjelang dewasa membantu orang tuanya berburuh kehutan juga tinggal dikebun kebun, jika musim Buah hunian masyarakat kubu rumah rumah panggung kayu yang dibuat oleh Dinsos Sepi,karena sebagian besar orang kubu masuk kehutan mencari buah buahan,durian,mangga,Rambutan Duku dan buah hutan lainya.

Suku Kubu di Musirawas tersebar di 9 lokasi sekiatr Rawas dan Lakitan sebagian di Tugumulyo desa Q Wonokerto juga disebut daerah Serudungpapan. Diwilayah sekitar Rawas tersebar di daerah Sukaraya ds Pangkalan , Di Sei Tiku Karng jaya ,di Sei Jerneh sekitar Danau Raye Rupit, di Sei Kijang sekitar Sarolangun,di Nibung Ds Tebing tinggi juga disebut Cebur Anjing dan disekitar Pulau Kidak dan Sei Rebah yang berbatasan dengan Surulangun Jambi,

Untuk di wilayah Lakitan diantaranya SeiTeras didesa SP9 Harapan Makmur Lakitan,di Sei Hitam Desa Semangus biasa disebut Panglero,dan Desa Q wonokerto sekitar Tugumulyo. wilayah sebaran Suku Kubu bahkan sampai ke SuruLangun Jambi dan Kubu di jambi masih kerabatan dengan kubu di Musirawas,Menurut cerita Suku anak dalam bahwa Suku Kubu di Jambi adalah keturunan Kubu bernama PagarAlam yang menikah dengan perempuan Jambi berkembang beranak pinak disekitar Sei Rasau daerah Mersam Jambi – * memeth

Foto: dsp-mlng.blogspot.com
Sumber: MuraNews

Disunting oleh:MURATARA MEDIA

Tentang channelglobalnews

Muratara Media: Didirikan oleh Barisan Pemuda Muratara (BAPEM) Musirawas Utara Sumatera -Selatan Indonesia, pada Agustus 2013.
Pos ini dipublikasikan di Tak Berkategori. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar